Geografi
Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 m dpl, mendomonasi
sebagian besar luas pulau Lombok. Terletak disebelah timur pulau Bali, dapat
ditempuh dengan bus langsung Jakarta-Mataram dengan menyeberang menggunakan
feri dua kali (selat bali dan selat lombok). Dapat juga ditempuh dengan
menggunakan pesawat terbang dari Jakarta, Surabaya dan Bali.
Pendakian
Rinjani memiliki panaroma yang bisa dibilang paling bagus di
antara gunung-gunung di Indonesia. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak
dikunjungi pencinta alam mulai dari Penduduk lokal, mahasiswa, pecinta alam.
Suhu udara rata-rata sekitar 20°C; terendah 12°C. Angin kencang di puncak biasa
terjadi di bulan Agustus. Beruntung akhir Juli ini, angin masih cukup lemah dan
cuaca cukup cerah, sehingga summit attack bisa dilakukan kapan saja.
Selain puncak, tempat yang sering dikunjungi adalah Segara
Anakan, sebuah danau kawah di ketinggian 2.000 mdpl. Untuk mencapai lokasi ini
kita bisa mendaki dari desa Senaru atau desa Sembalun Lawang (dua entry point
terdekat di ketinggian 500 mdpl dan 1.200 mdpl). Kebanyakan pendaki menyukai
start entry dari arah Sembalun, karena bisa menghemat 700m ketinggian. Rute
Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena melalui padang
savana yang terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar
kulit). Sunblok krem sangat dianjurkan.
Sedangkan dari arah Senaru
tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut krn melalui hutan. Dari kedua
lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 9 jam menuju bibir punggungan
di ketinggian 2.700 mdpl (tiba di Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun).
Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun ke arah luar sangat bagus. Dari
Plawangan Senaru (jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding
curam ke ketinggian 2.000 mdpl) yang bisa ditempuh dalam 2 jam. Di danau kita
bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yang banyak sekali. Penduduk Lombok
mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan utk berendam di kolam air panas
dan mancing.
Untuk mencapai puncak (dari arah Danau) harus berjalan kaki
mendaki dinding sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi
1.000m yang ditempuh dlm 2 tahap 3 jam dan 4 jam. Tahap pertama menuju
Plawangan Sembalun, camp terakhir untuk menunggu pagi hari. Summit attack biasa
dilakukan pada jam 3 dinihari untuk mencari momen indah - matahari terbit di
puncak Rinjani. Perjalanan menuju Puncak tergolong lumayan; karena meniti di
bibir kawah dengan margin safety yang pas-pasan. Medan pasir, batu, tanah. 200
meter ketinggian terakhir harus ditempuh dengan susah payah, karena satu
langkah maju diikuti setengah langkah turun (terperosok batuan kerikil). Buat
highlander - ini tempat yang paling menantang dan disukai karena beratnya medan
terbayar dgn pemandangan alamnya yang indah. Gunung Agung di Bali, Gunung
Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat
cuaca bagus di pagi hari. Untuk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu,
cukup stamina, kesabaran,Mental dan "Semangat yang tinggi".
"Gunung Semeru"
"Gunung Kerinci" |
:: Puncak Dempo ::
Gunung ini terletak di perbatasan propinsi Sumatera
Selatan dan propinsi Bengkulu. Untuk mencapai desa terdekat, terlebih dahulu
anda harus mencapai kota Pagar Alam, kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari
Palembang. Dari ibukota Sumatera Selatan ini tersedia banyak bus ke arah Pagar
Alam, untuk mencapai Pagar Alam lebih mudah lewat Palembang.
Kota Pagar Alam, memang sesuai dengan namanya, kota
ini jelas dikelilingi barisan pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari
barisan tersebut adalah Gunung Dempo. Gunung ini sangat indah menjulang tegak
menggapai langit nan biru apabila dilihat pada pagi hari. Oleh karena itu
sangat tepat bila bermalam dulu di kota ini, disini banyak tersedia losmen atau
motel. Budaya kota yang sudah berbaur dari berbagai suku baik pendatang maupun
asli menciptakan kedamaian yang anda tidak peroleh di kota-kota besar. Dari
terminal Pagar Alam, terlebih dulu mencarter mobil untuk jurusan Pabrik Teh
PTPN III yang jaraknya mencapai 15 KM dari terminal. Di daerah pabrik ini ada
baiknya anda berkenalan dengan seseorang yang biasa dipanggil pak Anton, beliau
termasuk yang dituakan oleh para pencinta alam seantero Sumsel-Lampung. Dengan
meminta bantuannya, mobil carteran akan membawa anda ke desa terdekat dari kaki
gunung Dempo yaitu Kampung Empat, yang dapat memakan waktu lebih dari 30 menit,
karena jalannya cukup terjal, berkelok dengan melewati hamparan kebun teh nan
hijau. Anda bisa menambah persediaan supply logistik pendakian di kota Pagar
Alam tapi jarang ada warung di daerah rumah Pak Anton, sedangkan di Kampung
Empat hanya ada satuwarung kecil dan itupun tidak lengkap. Gunung ini bisa
didaki dalam dua hari satu malam akan tetapi akan cukup menguras tenaga sebaik
mendaki gunung dengan bermalam dua malam digunung ini dan mendirikan tenda di
Pos II dan di Pelataran, sehingga bisa lebih menikmati keindahan alam Gunung
Dempo.Akses TransportasiDari Palembang menuju Pagar Alam bisa ditempuh dengan
memakai jasa transportasi Bus atau Travel. Kemudian dari Pagar Alam menuju
Kampung Empat bisa mencarter mobil untuk mendapatkan mobil carteran bisa
meminta bantuan Pak Anton. Ada alternatif lain untuk mencapai Kampung Empat
yaitu dengan menumpang truk yang berangkat setiap harinya jam lima pagi, truk
ini biasanya menjemput anak sekolah di Kampung Empat. Untuk transportasi balik
dari Kampung Empat menuju Pagar Alam anda bisa janjian lagi dengan mobil yang
anda carter dari Pagar Alam untuk menjemput anda di Kampung Empat, atau bisa
menumpang truk yang mengatarkan anak-anak sekolah akan tetapi anda harus sudah
sampai di kampung empat pada jam 3 sore, karena truk ini turun kembali ke Pagar
Alam dari Kampung Empat pada jam empat atau lima sore, Jalur menuju ke puncak
gunung inipun sudah sangat jelas dan bahkan di hari-hari biasa pun banyak orang
desa yang sengaja naik ke puncak baik itu untuk mencari kayu ataupun sekedar
berhiking ria. gunung ini memang cukup tinggi tetapi air jernih yang ada
terdapat sampai setengah perjalanan ke gunung ini sehingga para pendaki tidak
perlu khawatir kehabisan air minum selama perjalanan. Sebuah kali kecil yang
jernih, mengalir di perbatasan hutan pertanda kita mulai memasuki daerah hutan
yang ditumbuhi dengan tumbuhan yang mirip seperti yang kita dapati di gunung
Gede-Pangrango, yaitu hutan montana. Jalan setapak penuh dengan akar-akar yang
melintang, kemiringan lereng sendiri cukup curam untuk memeras keringat. Tidak
ada tanda-tanda khusus, keadaan hutan ini hampir homogen dan sangat hening.Rute
Pendakian
Kampung Empat (kebon teh) 1691m dpl
S 4° 02’44.6” E 103°09’03.9”
Entry point menuju pintu rimba ada di kebun teh
yang terletak sedikit berjarak dari Kampung Empat. Ada beberapa titik yang bisa
dijadikan sebagi entri point seperti yang terlihat pada gambar ini kami
merekomendasikan titk karena mudah dikenali dengan adanya sebuah pohon yang ada
plang nama club pecinta alam. Dari sini naik menapaki jalan setapak kearah kiri
lalu lurus keatas membelah kebun teh. Dari entry point ini menuju pintu rimba
butuh waktu kurang lebih 20 menit.
Pintu Rimba 1818m dpl
S 4°02’32.7” E 103°08’56.3”
Persis berada di ujung kebun teh sebagai penanda
ada plang yang bertuliskan pintu rimba dari sini jalan setapak memasuki kawasan
hutan, keadaan jalan setapak kecil dan sempit dikiri kanan banyak semak-semak
dan terkadang terdapat semak berduri, kemudian jalan setapak menjadi agak lebar
dan dipenuhi oleh akar-akar pohon saat semakin memasuki hutan. Jalan setapaknya
jelas sekali. Jarak tempuh dari pinta Rimba menuju Pos I kurang lebih dua
setengah hingga tiga jam.
Shelter I. 2165m dpl
S 4°02’08.0” E 103°08’33.9”
Pos satu ini cukup luas mampu menampung lima sampai
enam tenda akan tetapi di sini tidak ada sumber air. Biasa pos ini hanya
dipakai untuk istirahat sejenak. Jalur setapak dari pos ini menuju Pos II cukup
jauh sekitar tiga hingga tiga setengah jam, dengan kondisi jalan setapak yang
cukup curam, curam disini maksudnya adalah jalan setapak yang undakan
tanjakannya cukup tinggi terkadang melebihi tinggi orang dewasa dan banyak
sekali akar-akar pohon yang melintang sehingga terkadang harus memanjat untuk
bisa melewatinya. Dengan keadaan jalur seperti ini sehingga menambah lama waktu
tempuh hingga ke pos II. Dan dipertengahan antara jalur Pos I ke Pos II terdapat
tanjakan yang tajam yang disebut dengan Tanjakan Dinding Lemari, harus
berhati-hati sat melewati tanjakan dinding lemari ini selain licin juga sebelah
kanan jalan curam dan cukup tinggi sekitar empat meter. Jalan setapaknya mudah
dikenali dan lebar sedangkan hutannya cuup rapat.
Shelter II. 2632m dpl
S 4°01’43.7” E 103°08’10.3”
Pos dua ini terletak pada ketinggian 2632m dpl dan
cukup lebar, ada beberapa lokasi untuk mendirikan tenda, di lokasi ini terdapat
sumber air berjarak seratus meter dan terletak disisi kiri bawah dari lokasi
pos ini. Airnya cukup besar berupa air ternjun kecil. Pos II ini bisa dijadikan
lokasi camp. Dari pos dua ini jalur pendakian semakin curam dan tak lama
kemudian kita akan memasuki daerah cadas, tumbuhan di daerah cadas ini sudah
mulai pendek-pendek dengan ciri vegetasi puncak. Dari lokasi cadas kita bisa
mengedarkan pandangan kebawah dan akan terlihat hamparan bukit barsan serta
perkebunan teh milik PTPN III. Jalur semakin curam dan akhir dari tanjakan ini
adalah puncak II dempo yang dikenal juga dengan Puncak Dempo 3064m dpl. Waktu
tempuh dari Pos II hingga kepuncak Dempo kurang lebih satu hingga satu setengah
jam.
Puncak Dempo. 3064m dpl
S 4°01’23.1” E 103°07’53.1”
Puncak Dempo ini bukanlan puncak utama dempo,
sedangkan puncak utama Dempo bernama Puncak Marapi. Dipuncak Dempo ini tertutup
oleh pohon-pohon, namun dari puncak ini kita sudah bisa melihat puncak Marapi
dan alun-alun Dempo yang dikenal oleh pendaki setempat dengan sebutan
“Pelataran”. Puncak Dempo tidak begitu luas, sekitar lima kali lima meter dan
dipenuhi oleh pohon-pohon.
Pelataran. 2998m dpl
S 4°01’19.7” E 103°07’46.1”
Dari puncak Dempo kemudian jalan setapaknya turun
kearah Pelataran hanya butuh 15 menit untuk turun sampai ke Pelataran, di
lokasi yang luas ini sumber air bersih banyak tersedia. Banyak pendaki yang
menjadikan lokasi ini untuk mendirikan tenda sebelum mendaki kepuncak utama.
Jalur pendakian dari pelataran menuju puncak tidak begitu jauh dengan medan
terbuka dan berbatu-batu. Sekitar tiga puluh menit mendaki tanjakan tersebut
kita akan sampai di bibir kawah. Dari bibir kawah puncak berada disebelah kanan
berjarak sekitar lima menit jalan kaki.
Puncak Merapi. 3088m dpl
S 4°00’55.4” E 103°07’40.3”
Puncak Marapi ini tidak ada tiang trianggulasi
sepertinya sudah roboh, hanya ada bekas-bekasnya saja, terdapat sebuah stasiun
relay kecil pengirim data milik Badan Vulkanologi. Dari puncak ini kita bisa
memandah lepas kearah kawah gunung Dempo yang berisi air berwarna putih
kehijauan. Ada kalanya warna air kawah ini berubah jadi putih pekat atau hijau
pekat. Dibagian yang berlawanan tampak hamparan bukit barisan dan dan kota
Pagar Alam. Indah sekali pemandangan dari puncak tertinggi bumi Sriwijaya ini.
Perijinan
Perijinan tidaklah terlalu
berbelit-belit, di rumah Pak Anton kita bisa mengisi buku tamu dengan
menuliskan jumlah anggota, dan lama pendakian. Setelah itu kita juga harus
melapor ke kantor vulkanologi yang letaknya tidak jauh dari rumah pak Anton.
Dikantor ini kita juga bisa mendapat info tekini mengenai keadaan gunung Dempo.
|
:: Gunung Raung ::
Transportasi ke Gunung Raung Jalur Kalibaru – Banyuwangi
Jika anda ingin mendaki ke gunung Raung, anda dapat
naik kereta api atau bus tujuan Banyuwangi kemudian turun di Stasiun Kalibaru.
Di depan stasiun Kalibaru telah mengantri banyak ojek motor yang siap membawa
anda ke basecamp Raung yaitu kediaman pak Soeto. Jika mendaki bersama banyak
anggota anda dapat mencarter mobil bak/truk kecil. Nama pak Soeto sangat
dikenal oleh tukang ojeg di sekitar stasiun kalibaru, karena hanya disitulah
tujuan para pendaki… apalagi ditambah jika anda membawa carrier besar dan
rombongan, mereka berebut akan menawari anda untuk menggunakan jasa mereka.
Perizinan Gunung Raung
Untuk mendaki Gunung
Raung via Kalibaru tidak perlu izin khusus, kita dapat melakukan perizinan dan
lapor di polsek Kalibaru atau para pendaki biasa bertemu dengan Pak
Soeto(Basecamp Pendaki). Di rumah Pak Soeto kita dapat menginap dan mencari
info-info terkait Puncak Sejati Raung.
Basecamp Rumah Pak Soeto – Pos1 (8°12’14’’ LS dan 114°00’05’’ BT)
Dimulai dari Basecamp / rumah Pak Soeto, melewati
perkebunan kopi yang sangat melelahkan, jika ingin menghemat waktu anda dapat
memesan ojeg pada pak soeto. Ojek itu akan menghantarkan kita ke Pos 1 (dahulu
rumah Pak Sunarya ). Tarif ojek 25ribu sekali trip per orang. Di sebelah kiri
jalur Pos 1 ini ada jalan menuju sungai yang merupakan sumber air terakhir di
jalur pendakian ini, disini pendaki dapat mengisi air, akan lebih aman setiap
pendaki membawa air 10 liter.
Pos 1/ Pos Gareng – Pos 2 (8°10’27’’ LS dan 114°01’11’’ BT)
Melewati perkebunan memasuki hutan lebat dengan
pepohonan dimana terdapat banyak pohon dan semak berduri, jalan yang dilalui
belum menanjak dan cenderung datar dan melipir menyisiri hutan. Diperlukan
waktu normal selama kurang lebih 4 jam untuk menempuh jarak dari Pos 1 menuju
Pos 2. Pos 2 ini merupakan tempat camp yang terluas di jalur pendakian ini dan
pendaki dapat bermalam disini. Pos 2 ini terletak pada ketinggian 1431 Mdpl.
Pos 2/ Pos Semar – Camp 3 (8°9’56’’ LS dan 114°0134 BT)
Pos 2 mulai jalur menanjak mengikuti punggungan dan
makin lama tanjakan makin berat. Track yang dilalui cukup sempit dan terdapat
banyak tanaman berduri sejenis rotan dll. Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk
mencapai camp 3 yang terletak persis di tengah jalur pendakian disini dapat
didirikan 2 tenda. Camp 3 terletak pada ketinggian 1656 Mdpl.
Camp3 – Camp4 (8°9’19’’ LS dan 114°01’52’’ BT)
Dari camp 3 pendakian dimulai dengan jalan landai,
kemudian akan melewati turunan sebelum berpindah punggungan dan dilanjutkan
tanjakan makin menantang yang cukup menguras stamina. Setelah kurang lebih 2
jam akan tiba di camp4, sebuah dataran yang dapat digunakan untuk beristirahat
sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Camp 4 terletak pada ketinggian 1855
Mdpl.
Camp 4 – Camp 5 (8°08’59’’ LS dan 114°01’58’’ BT)
Pendakian pada rute ini masih tetap dalam satu
punggungan namun track yang dilalui semakin terjal dan rapat dimana banyak
terdapat tanaman berduri (disarankan menggunakan pakaian lengan panjang), bila
hujan jalur ini akan menjadi sangat licin. Waktu yang diperlukan untuk melalui
rute ini adalah selama lebih kurang 45 menit. Camp 5 ini tidak terlalu luas
hanya cukup untuk beristirahat sementara waktu. Camp 5 terletak pada ketinggian
2115 Mdpl.
Camp 5 – Camp 6/Pos3 (Pos Petruk) (8°08’49’’ LS dan 114°02’02’’
BT)
Setelah beristirahat di camp 5 tanjakan jauh
semakin berat dan jalurnya semakin terjal, anda wajib berhati – hati saat
melintasi rute ini. Rute ini tidak terlalu panjang butuh waktu sekitar 30 menit
akan tiba di camp 6 / Pos 3. Di pos 6 ini terdapat area camp yang berundak –
undak sebanyak 3 undakan dan dapat digunakan untuk tempat bermalam. Pos 6
terletak pada ketinggian 2285 Mdpl.
Camp 6 – Camp 7 (8°08’24’’ LS dan 114°02’14’’ BT)
Pendakian semakin berat dan menantang karena
semakin mendekati puncak Gunung Wates, tracknya semakin terjal, jalur pendakian
semakin terbuka dan udara semakin dingin. Setelah sekitar 45 menit kita akan
tiba di camp 7, yang merupakan area terbuka, sebuah dataran yang cukup luas,
dapat mendirikan 3 tenda.
Di camp 7 ini kita dapat menikmati pemandangan
negeri di atas awan yang sangat indah, dimana di depan terdapat puncak gunung
Wates, sebelah kiri dan kanan kita dapat melihat berjajar punggungan serta
lembah, tampak pula jajaran pegunungan Hyang dan pncak Semeru, apabila malam
dan kondisi cerah pemandangan bintang – bintang yang bertebaran di langit yang
memancarkan sinarnya serta gemerlap lampu – lampu di perkotaan yang tampak dari
kejauhan akan menjadi pemandangan yang dapat kita nikmati di malam hari.
Di camp 7 terdapat bunga Edelweiss. Kondisi di
camp7 ini tanahnya rawan longsor dan udara cukup dingin serta angin yang
berhembus kencang karena area yang sangat terbuka, untuk itulah agar berhati –
hati jika ingin bermalam di camp 7 ini. Camp7 terletak pada ketinggian 2541
Mdpl.
Camp 7 – Camp 8 (8°08’12’’ LS dan 114°02’30’’ BT)
Jika anda bermalam di camp7, ada baiknya barang
bawaan ditinggal disana dan membawa perlengkapan yang khusus untuk kepuncak,
misal tali, carabiner dll. Akan diawali punggungan menuju puncak gunung wates
selama sekitar 45 menit, dengan jalur yang cukup terjal dan rapat oleh semak
berduri. Dari puncak gunung Wates pendakian dilajutkan dengan melipiri
punggungan yang sangat tipis dengan bibir jurang sehingga sangat butuh
konsentrasi dan kehati – hatian. Setelah berjalan melipir kita akan mulai
melalui menanjak dimana mulai terdapat vegetasi khas puncak gunung. Total waktu
menuju pos 8 ini adalah sekitar 2 jam perjalanan normal.pos 8 terletak pada
ketinggian 2876 Mdpl.
Camp 8 – Camp9/Pos 4 (Pos Bagong) (8°08’00’’ LS dan 114°02’33’’
BT)
Jalurnya semakin terjal, masih sangat rimbun,
vegetasinya pun semakin jarang dan pepohonan tua yang menjadi ciri khas sebelum
puncak gunung. Setelah berjalan sekitar 1 jam barulah kita tiba di camp 9 yang
merupakan camp terakhir yang dapat kita gunakan untuk beristirahat, merupakan
batas vegetasi. Camp 9 terletak pada ketinggian 3023 Mdpl.
Camp 9 – Puncak Bendera/ Puncak Kalibaru (8°07’56’’ LS dan
114°02’55’’ BT)
Melewati batas vegetasi 10 menit
dan akan tiba di puncak Bendera 3154 Mdpl, tak jarang puncak ini juga dinamakan
puncak Kalibaru sebagai mana jalur pendakian ini.
Di sini mulailah terpampang
kegarangan puncak sejati raung. Jalur yang sangat memacu adrenalin dengan
dibalut kanan-kiri jurang menganga. Di kejauhan juga tampak Puncak 17 yang
berbentuk piramid, Puncak Tusuk Gigi yang terdiri dari susunan bebatuan yang
lancip dan Triangulasi Puncak Sejati Raung. Dari sini jalur kepuncak sejati
hanya terlihat samar.
Tantangan Puncak Sejati Gunung Raung
Memang untuk menaklukkan Puncak Sejati Raung ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Persiapan
Alat : Tali Kern 30m, Carrabiner, Webbing, Harnezt, Ascender, Helm, Jumar, Tali prusik. Semua harus dalam keadaan baik.
2. Skill
Teknis : Anchoring, Ascending, Belaying, descending Rappeling, Moving together.
Minimal dalam team harus ada yang menguasai sehingga bisa jadi leader buat
teman-temannya.
3. Motivasi
Team : doa, keselamatan adalah utama, saling dukung dan saling melengkapi.
4. Logistik
Team : Makanan, air minum, alat tambahan: kamera, GPS.
Jika semua uda dibawa dan disiapkan, kita akan
meulai menggunakan peralatan itu tepat di puncak bendera. Mengingat beberapa
titik rawan yang harus kita lalui. Kalau semua peralatan sudah dikenakan oleh
masing-masing anggota team baru kemudian petualangan ke puncak sejati dapat
kita teruskan.
Kita tahu bahwa Jalur ini adalah jalur paling rawan
dan menegangkan, salah sedikit akan fatal akibatnya, maka dari itu kewaspadaan,
konsentrasi dan fokus serta keselamatan menjadi harga mati yang tidak dapat
ditawar lagi.
Puncak Bendera – Puncak17
Perjalanan dimulai turun dari puncak bendera
melipir igir-igir jurang berjalan satu-persatu dan bergantian menjadi pilihan
yang mutlak. Maka sampai di titik rawan 1. Di titik ini kita harus melipir
tebing bebatuan dimana di sebelah kanan adalah jurang sedalam 50 meter, kita
memasang jalur pemanjatan kurang lebih 5 meter, di jalur telah terpasang 1 buah
hanger, 1 bolt dan di titik anchor atasnya terdapat pasak besi yang telah
tertanam, dapat digunakan sebagai anchor utama.
Leader melakukan artificial climbing sambil
memasang jalur pemanjatan. Dapat menggunakan tali kern ataupun cukup
membentangkan webbing. Setiap pendaki wajib memasangkan carabinernya jika melewati
titik ini dan harus bergantian.
Setelah melewati titik rawan 1 kita menuju puncak
17 / piramida, sampai pada titik rawan yang ke2 yaitu dibawah puncak 17. Disini
kita kembali harus membuat jalur pemanjatan, dimana leader melakukan artificial
climb selajutnya setibanya di puncak 17 memasang fix rope untuk dilalui orang
selanjutnya dengan teknik jumaring. Atau pilihan lain adalah kita tidak
kepuncak 17 tetapi melipir lewat samping puncak 17. Disini bisa menggunakan
moving together jadi setiap anggota tim memasang carabinernya pada kern yang
dibentangkan antara anggota paling depan dan paling belakang. Di titik ini juga
terdapat beberapa anchor tanam yang bisa kita gunakan. Dibutuhkan fokus dan
konsentrasi ekstra karena medan yang mudah rontok.
Puncak 17 – Puncak Tusuk Gigi
Tibalah kita di titik rawan yang ke3 / terakhir
dimana kita harus memasang jalur untuk menuruni tebing sekurangnya 20 meter.
Untuk itu menggunakan teknik rappelling untuk mencapai ke bawah. Dititik ini
juga sudah ada beberapa anchor tanam dari besi yang dapat kita gunakan. Jalur
Kern kita tinggal disini dan akan kita gunakan kembali nanti.
Dibawah dilanjutkan dengan jalan yang agak menurun
ke bawah sampai bertemunya jalur pungungan ke Puncak Tusuk Gigi ( dari jauh
menyerupai tusuk gigi ). Dari situ kita akan disuguhi hamparan bebatuan yang
semakin besar yang harus kita daki
Dari tempat istirahat ini perjalanan kembali
menanjak dengan tingkat kemiringan yang makin tegak. Waspadai juga longsor
batuan lepas dari atas tidak membahayakan pendaki di bawahnya. Jalur bebatuan
ini akan berakhir di puncak Tusuk Gigi dengan batuan sebesar rumah yang
tersusun menjulang.
Puncak Sejati Raung (8°07’32’’ LS dan 114°02’48 BT)
Dari puncak Tusuk Gigi
berorientasi ke kanan kita melipir ke belakang dan kemudian berjalan agak
menanjak sekitar 100 meter tibalah kita di tempat yang menjadi tujuan akhir
dari ekspedisi kita PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG 3344
MDPL, ditandai dengan sebuah triangulasi dan pemandangan sebuah kawah
besar yang masih aktif yang setiap saat mengeluarkan asapnya. Dari bawah kawah
ini sering mengeluarkan suara dengan raungan yang menggelegar. Jika anda sampai
di Puncak Sejati, suara ini akan lebih keras lagi, menggetarkan nyali dan
sangat menakutkan.
:: Gunung Merapi ::
Taman Nasional Gunung Merapi
adalah sebuah taman nasional (sering disingkat TN) yang terletak di Jawa bagian
tengah. Secara administrasi kepemerintahan, wilayah taman nasional ini masuk ke
dalam wilayah dua propinsi, yakni Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Penunjukan kawasan TN Gunung
Merapi dilakukan dengan SK Menhut 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004. Tujuan
pengelolaannya adalah perlindungan bagi sumber-sumber air, sungai dan penyangga
sistem kehidupan kabupaten/kota-kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan
Magelang. Sementara ini, sebelum terbentuknya balai pengelola taman nasional,
TN G Merapi berada di bawah pengelolaan Balai KSDA (Konservasi Sumber Daya
Alam) Yogyakarta.
Letak dan luas
Posisi
geografis kawasan TN Gunung Merapi adalah di antara koordinat 07°22'33" -
07°52'30" LS dan 110°15'00" - 110°37'30" BT. Sedangkan luas
totalnya sekitar 6.410 ha, dengan 5.126,01 ha di wilayah Jawa Tengah dan
1.283,99 ha di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kawasan TN G Merapi tersebut
termasuk wilayah kabupaten-kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten di Jawa
Tengah, serta Sleman di Yogyakarta.
Sejarah
kawasan
Hutan-hutan di Gunung Merapi
telah ditetapkan sebagai kawasan lindung sejak tahun 1931 untuk perlindungan
sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota Sleman,
Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang.
Sebelum ditunjuk menjadi TNG
Merapi, kawasan hutan di wilayah yang termasuk propinsi DI Yogyakarta terdiri
dari fungsi-fungsi hutan lindung seluas 1.041,38 ha, cagar alam (CA) Plawangan
Turgo 146,16 ha; dan taman wisata alam (TWA) Plawangan Turgo 96,45 ha. Kawasan
hutan di wilayah Jateng yang masuk dalam wilayah TN ini merupakan hutan lindung
seluas 5.126 ha.
Deskripsi
fisik wilayah
Topografi
Wilayah TN G Merapi berada
pada ketinggian antara 600 - 2.968 m dpl. Topografi kawasan mulai dari landai
hingga berbukit dan bergunung-gunung. Di sebelah utara terdapat dataran tinggi
yang menyempit di antara dua buah gunung, yakni Gunung Merapi dan Gunung
Merbabu di sekitar Kecamatan Selo, Boyolali.
Di bagian selatan, lereng
Merapi terus turun dan melandai hingga ke pantai selatan di tepi Samudera
Hindia, melintasi wilayah kota Yogyakarta. Pada sebelum kaki gunung, terdapat
dua bukit yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian kawasan
wisata Kaliurang.[sunting] Jenis tanah
Jenis-jenis tanah di wilayah
ini adalah regosol, andosol, alluvial dan litosol. Tanah regosol yang merupakan
jenis tanah muda terutama berada di wilayah Yogyakarta. Bahan induk tanah
adalah material vulkanik, yang berkembang pada fisiografi lereng gunung. Jenis
tanah andosol ditemukan di wilayah-wilayah kecamatan Selo dan Cepogo, Boyolali.
Iklim
Tipe iklim di wilayah ini
adalah tipe C menurut klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson, yakni agak
basah dengan nilai Q antara 33,3% - 66%. Besar curah hujan bervariasi antara
875 - 2527 mm pertahun. Variasi curah hujan di tiap-tiap kabupaten adalah sbb.:
Ø Magelang : 2.252 – 3.627 mm/th Ø Boyolali : 1.856 – 3.136 mm/th Ø Klaten : 902 – 2.490 mm/th Ø Sleman : 1.869,8 – 2.495 mm/th
Hidrologi
Wilayah Gunung Merapi
merupakan sumber bagi tiga DAS (daerah aliran sungai), yakni DAS Progo di
bagian barat; DAS Opak di bagian selatan dan DAS Bengawan Solo di sebelah
timur. Keseluruhan, terdapat sekitar 27 sungai di seputar Gunung Merapi yang
mengalir ke tiga DAS tersebut.[sunting] Kekayaan biologis
Ekosistem Merapi secara
alami merupakan hutan tropis pegunungan yang terpengaruh aktivitas gunung
berapi. Beberapa jenis endemik di antaranya adalah saninten (Castanopsis
argentea), anggrek Vanda tricolor, dan elang jawa (Spizaetus bartelsi). Taman
nasional ini juga merupakan tempat hidup macan tutul (Panthera pardus).
Merapi (ketinggian puncak
2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan
merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan
berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di
sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten
di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya
karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua
sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat.
Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[rujukan?] Kota Yogyakarta
adalah kota besar terdekat, berjarak sekitar 27 km dari puncaknya, dan masih
terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m dan hanya 4 km jauhnya
dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu
dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade
Ini (Decade Volcanoes).
Geologi
Gunung Merapi adalah gunung
termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung
Ungaran. Gunung ini terletak di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi
vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya
puncak Gunung Batulawang yang lebih tua
Pembentukan Gunung Merapi telah
dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya. Berthomier, seorang
sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap.
Tahap pertama
adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang
bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua
terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 -
8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di
bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi
Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya
puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun
dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran
lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan
efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif
dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda
dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah
Pasarbubar atau Pasarbubrah diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi
yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu.
Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan
VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra.
Karakteristik letusan sejak
1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava
secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente) yang dapat meluncur
di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum
tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai
2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.
Dalam proyek kerja sama
dengan Pusat Vulkanologi Indonesia (PVMBG), ahli geologi Pusat Penelitian
Kebumian di Potsdam, Jerman, mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi
berisi material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat
gelombang getaran gempa bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu
adalah magma.
Letusan-letusan kecil
terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006, 1786, 1822,
1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau
Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.
Ahli geologi Belanda, van
Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang
(Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap
sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai
3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang
mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan
menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga
sekarang.
Letusan bulan November 1994
menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan
memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah
ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini
adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung
terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan
sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena
terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010
dievaluasi sebagai yang terbesar selama 100 tahun terakhir, mengancam 32 desa
dan memakan korban nyawa lebih daripada 100 orang (angka masih dapat berubah),
meskipun pengamatan terhadap Merapi telah sangat intensif dan manajemen
pengungsian telah berfungsi relatif baik. Letusan ini juga teramati sebagai
penyimpangan karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang
terdengar hingga jarak 20-30 km.
Gunung ini dimonitor
non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta, dibantu dengan
berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung serta sejumlah
pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos, Srumbung, Babadan, dan
Kaliurang.
Erupsi 2006
Di bulan April dan Mei 2006,
mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan
gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh
kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera
mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.
Pada tanggal 15 Mei 2006
akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung
Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta,
Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi
sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh
kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung
keluar dari kubah Merapi.
1 Juni, Hujan abu vulkanik
dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini
terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar
14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
8 Juni, Gunung Merapi pada
pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di
wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.
Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40
WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng
selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah
Kabupaten Sleman.
Peningkatan status dari
"normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September
2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21
Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada
tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas
yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase
dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta
merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan
semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan
diungsikan ke wilayah aman.
Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB
tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan
menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai
keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Sleman. dan menelan korban
43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan
pernafasan.
Sejak saat itu mulai terjadi
muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi
memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas
pada pukul 19.54 WIB. Selanjutnya mulai
teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru
bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
Namun demikian, berbeda dari
karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah
yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3
November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4
November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke
berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari
terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai
puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010. Rangkaian letusan ini serta
suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari
puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan
kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu
vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu
vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung, dan Bogor.
Bahaya sekunder berupa
aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4
November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November
Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas"
Vegetasi
Gunung Merapi di bagian
puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang tinggi. Jenis
tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti
Rhododendron dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan
tetumbuhan pegunungan tropika.
Lereng Merapi, khususnya di
bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak unggul nasional, yaitu
salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'.
Rute
pendakian
Gunung Merapi merupakan
obyek pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan gunung yang sangat
mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara
dari Sèlo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele. Desa
ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo
memakan waktu sekitar lima jam hingga ke puncak.
Jalur populer lain adalah
melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi
selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke
puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah
Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
|
:: Gunung Slamet ::
:: Gunung Slamet :: |
:: Gunung Slamet :: |
::Gunung Sindoro:: |
:: Gunung Sumbing :: |
:: Gunung Slamet :: |
:: Propok Kawasan Gunung Rinjani :: "Belajar Menghargai Hidup Di Alam Bebas" |
0 komentar :
Posting Komentar